Life

Dan janganlah kamu mendahului kehendakNya..

Waktu itu, timeline Facebook mengingatkan saya pada suatu hal yang dulu sempat saya panjatkan dalam doa.

doa berdekatanDalam status yang tertulis pada tanggal 17 Agustus 2010 itu,

“Ya Allah..aku ingin dkt dg suamiku kelak..rumah dkt t4 kerja berdua..dkt sekolah anak2..berangkat kerja bs barengan..pulg bareng..puny wktu utk anak2 drumah.. Berikanlah yg terbaik utk kami menurutMU..Amiin”

Saya ingat, saya menulis status ini saat masih di kubikel Kontan. Saat itu, saya mulai membayangkan, jika kami menikah, pasti salah satu dari kami ada yang Pulang Pergi (PP). Karena kantor (calon) suami hanya ada 1 (satu) di Cibinong-Bogor, maka kemungkinan besar saya yang akan pindah mendekat ke Bogor. Tidak tega rasanya jika kelak suami harus pulang pergi PP Jakarta- Cibinong setiap hari.

Dan saat itu pun, setiap chatting sama temen kuliah, selalu berharap saya bisa pulang ke rumah saat matahari masih bersinar.

Dan seiring berlalunya waktu, postingan status ini mulai terlupakan oleh saya. Saat Facebook mengingatkan kembali, pikiran saya kembali ke masa-masa itu.

Setelah menikah dan mempunyai anak, saya masih bekerja di Kontan sampai anak pertama saya berusia 8 bulan. Anak pertama saya saat itu lahir di Jakarta. Tapi, begitu pulang dari Rumah Sakit, kami sekeluarga langsung menempati rumah kami di Cibinong.

Dan setelah cuti melahirkan saya habis, ganti saya yang PP Cibinong-Jakarta. Masih ingat ketika itu saya berangkat jam 9 pagi, diantar ke Pintu Tol Citeureup, lalu naik Bis Mayasari 41. Sampai kantor sekitar jam 11 siang. Pulang dari kantor selepas shalat maghrib. Jika terlalu lama menunggu Bis Mayasari 41, saya pun naik Bis Grogol-Bogor yang ngetemnya lumayan lama di Slipi. Sampai rumah jam 9 malam.

Resign, hanya soal menunggu waktu. Saya sudah mengajukan resign sejak saya selesai cuti melahirkan. Tapi masih belum disetujui, sampai saya mendapatkan pengganti. Kantor pun membuka lowongan kerja. Hingga akhirnya, teman seangkatan saya kuliah lolos dan diterima. Alhamdulillah, pengajuan resign saya akhirnya diterima. Alasan saya resign, murni karena alasan keluarga.

Saya pindah ke Cibinong, sempat di rumah juga, menjadi ibu rumah tangga. Hingga akhirnya saya menjadi Dosen Tetap di Jurusan Manajemen Informatika – IPB Diploma Cilebende.

Di titik ini, saya kira, doa saya dalam postingan status tempo hari sudah diijabah. Final.
Saya berangkat bareng suami. Diantar suami ke kampus. Rumah juga berjarak 8 km dan 12 km dari tempat kami bekerja, tidak terlalu jauh. Rumah juga dekat dengan sekolah-sekolah swasta yang terbaik di Cibinong. Pulang juga dijemput suami dengan kadang membawa anak kami. Dan waktu dengan keluarga? saya bisa atur jadwal mengajar saya, sesuai yang saya inginkan dengan tetap memenuhi kewajiban sks.

Saya kira cukup jawaban Allah terhadap doa saya.

Namun, ternyata saya salah. Kondisi tersebut ternyata masih belum final. Di tahun 2013 saya lolos ujian tes CPNS. Tahun 2014 saya resmi menjadi CPNS dan tahun 2015 saya disumpah dan diangkat menjadi PNS.

Ya.. PNS. Profesi yang sama sekali tidak saya inginkan. Tidak pernah saya dambakan. Dan tidak pernah saya perjuangkan sedemikian rupa. Bahkan saya sempat bilang sama suami, MUSTAHIL,, TIDAK MUNGKIN saya menjadi PNS. Tapi, semua mengalir begitu saja.

Kini, saya menjadi PNS. Di instansi yang sama dengan suami saya. (Saya lolos di LAPAN dan BIG.  Tapi saya memilih melanjutkan proses di BIG). Saya pun se-pusat dengan suami saya. Tidak hanya itu, kami berdua juga se-ruangan. Dan kami sama-sama menjabat fungsional Pranata Komputer.

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh saya. Saya akan sampai di titik ini.

Satu hal yang dapat saya ambil pelajaran, tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT. Dan tidak ada yang mustahil bagiNya.

Dan janganlah kamu mendahului kehendakNya.

Dia tahu yang terbaik untukmu. 🙂

 

Leave a comment